A.    Latar Belakang
Islam mengalami puncak kejayaan di berbagai aspek dan menjadi kiblat peradaban di dunia ketika Dinasti Abbasiyah berkuasa yang berpusat di Bagdad, keturunan Bani Umayyah di Spanyol, dan Dinasti Fatimiyah di Masir. Ke tiga  kerajaan ini masing-masing ikut andil menyumbangkan paradaban  yang bukan hanya mengharumkan nama Islam, tapi juga menjadi penyebab bangkitnya Eropa (Barat) dari keterbekangan khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kejayaan Islam mulai  meredup pada era abad VI – XI M. Puncaknya pada abad XI M, akhirnya datanglah serangan Pasukan Salib yang mengumandangkan perang suci yang berlangsung kurang lebih dua abad. Belum sembuh luka yang diderita umat Islam, muncul lagi serangan yang lebih dahsyat yakni serangan Jangis Khan dan cucunya Khulagu Khan serta Timur Lenk secara bertubi-tubi dan mebabi buta. Peradaban Islam porak-poranda, hancur berkeping-keping. Islam mengalami kemunduran karena serangan tersebut, sementara Eropa (Barat) mengalami kemajuan yang ditandai dengan adanya Revolusi Industri dan Renaissance di Dunia Barat. Di saat Islam dalam keadaan lemah itulah sehingga mereka dijajah.
Hal inilah yang mendorong tokoh-tokoh Islam, seperti ; Muhammad Ali Pasya, Jamaludim al Afgani, Rasyid Ridha dan Muhammad Abduh untuk melakukan sebuah pembaharuan, salah satunya dalam hal pendidikan. Karena  pendidikan merupakan sesuatu hal yang mutlak ada dan harus dipenuhi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat dimana pendidikan harus bertumpuh pada pemberdayaan semua komponen masyarakat melalui peran sertanya dalam mewujudkan Sejarah modernisasi pendidikan di Mesir sangat lekat dengan gerakan pembaharuan Islam. Maka tidak heran jika peran para tokoh-tokoh Islam ini sangat berpengaruh bagi pembahruan perkembangan pendidikan di mesir.
Dalam Makalah ini penulis akan membahas tentang sejarah perkembangan dunia pendidikan di Mesir, karena menurut penulis peradaban dan perkembangan pendidikan di Mesir sangat berpengaruh bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam khususnya, dan umumnya di seluruh pelosok dunia ini. 
   B.     Rumusan Masalah
     1.      Bagaimanakah sejarah pengembangan system Pendidikan di Mesir?
     2.      Siapakah tokoh-tokoh pembaharu pengembangan Pendidikan di Mesir?
     3.      Apakah tujuan Pendidikan di Mesir?
     4.      Bagaimanakah system pendidikan di Mesir?
     5.      Bagaimanakah kurikulum dan metodologi pengajaran di Mesir?
     6.      Apakah rekontruksi system pendidikan di Mesir yang bisa di implementasikan di Indonesia?



Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam di Mesir

Republik Arab Mesir, atau lebih dikenal sebagai Mesir, (bahasa Arab: مصر, Masr) adalah sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut. Dengan luas wilayah sekitar 997.739 km² Mesir mencakup Semenanjung Sinai (dianggap sebagai bagian dari Asia Barat Daya), sedangkan sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika Utara. Posisi Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah barat, Sudan di selatan, jalur Gaza dan Israel di utara-timur. Perbatasannya dengan perairan ialah melalui Laut Tengah di utara dan Laut Merah di timur.[1]

Mesir mayoritas penduduknya menetap di pinggir Sungai Nil (sekitar 40.000 km²). Sebagian besar daratan merupakan bagian dari gurun sahara yang jarang dihuni. Mesir terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di dunia, misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil Ramses.

Mesir sangat diakui dunia memiliki peran penting dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan, tentunya hal tersebut memang demikian. Dengan gerakan pembaharuan kemodrenan yang dipelopori oleh tokoh-tokoh islam seperti  Muhammad Ali pasya, Jamaludin al-Afghani, Muhammad Abdu dan Rasyid Ridha menjadikan Mesir hingga saat ini sebagai pusat peradaban Islam dan dunia.

Pendidikan adalah salah satu yang menjadi objek utama dari gerakan pembaharuan para tokoh-tokoh Islam di Mesir, karena pendidikan adalah salah satu jalan untuk mengembangkan ilmu pengetahun dan teknologi. Kesadaran akan pentingnya pendidikan ini mulai muncul ketika datangnya Napoleon Bonaparte di Alexandria di Mesir.

    A.    Sejarah Perkembangan Pendidikan di Mesir

Secarah historis, perkembangan dan pembaharuan pendidikan di Mesir di mulai pada saat mendaratnya Napolean Bonaparte (1798-1799) di Mesir karena merekalah yang mengenalkan kemajuan Barat. Di saat itu, Kerajaan Usmani dan kaum Mamluk yang menguasai mesir sudah sedikit melemah. Napolean Mendarat  di Alexandria pada tanggal 2 juni 1798 dan keesokan harinya kota pelabuhan yang penting ini jatuh. Sembilan hari kemudian, Rasyid, suatu kota yang terletak di sebelah timur Alaxandria, jatuh pula. Pada tanggal 21 juli tentara Napoleon sampai di daerah Piramid di dekat Cairo. Pertempuran terjadi di tempat itu dan kaum Mamluk karena tak sanggup melawan senjata-senjata meriam Napoleon, lari ke Cairo.[2]

Setelah Napoleon mendarat kurang lebih selama tiga minggu di Alexandria, pada tanggal 22 juli mereka berhasil menguasai Mesir. Misi mereka tidak hanya menguasai Mesir saja tetapi juga daerah-daerah Timur Tengah lainnya juga, namun usaha Napoleon itu tidak berhasil. Pada tanggal 18 Agustus 1799, Napoleon meninggalkan Mesir kembali ke tanah airnya Paris, karena saat itu perkembangan Politik di Prancis menghendaki kehadirannya.  Ekspedisi yang dibawahnya ia tinggalkan di bawah pimpinan Jendral Kleber.

Pada  tahun 1801 terjadi pertempuran antara Pasukan yang di bawah Napoleon di Mesir dengan Armada Inggris, kekuatan Prancis di Mesir mengalami kekalahan. Akhirnya ekspedisi pasukan Napoleon yang di pimpin Jendral Kleber itu meninggalkan Mesir pada tanggal 31 Agustus 1801.[3] 

Napoleon datang ke Mesir bukan hanya membawa tentara. Dalam rombongannya terdapat 500 kaum sipil dan 500 wanita. Di antara kaum sipil terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Napoleon juga membawa dua set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab, Yunani. Di Mesir mereka membentuk suatu lembaga ilmiah bernama Institut Egypte, yang mempunyai empat bahagian : bahagian Ilmu Pasti, Bahagian Ilmu Alam, Bahagian Ekonomi-Politik dan bahagian Sastra-Seni.[4]   

Dengan Semangat Pembaharuan pasukan Napoleon  selama menduduki Mesir, mulai lahir-lahir ide-ide baru untuk melakukan pembaharuan dalam Islam dan meninggalkan keterbelakangan menuju modernisasi di berbagai bidang khususnya bidang pendidikan. Upaya pembaharuan dipelopori oleh Muhammad Ali Pasya, Muhammad Abduh dan pemikir-pemikir lainnya.

    B.     Tokoh-tokoh Pembaharu Bidang Pendidikan di Mesir

1.       Muhammad Ali Pasya
     Ali Pasya dilahirkan di Negeri Qaulah, Albani, di dalam wilayah Macedonia tahun 1182 H. Ayahnya Ibrahim perwira di dalam balententara Turki yang menjaga negeri itu. Ayahnya meninggal sewaktu Pasya berusi 4 tahuan, setelah itu ia di asuh Pamannya, namun tidak lama kemudian Pamannypun meninggal, kemudian diangkat menjadi anak pungut oleh Guburnur setempat, yang selanjutnya ia serahkan kepada seorang sahabat ayahnya.[5]
             Setelah ekspedisi Napoleon berakhir di Mesir, Muhammad ‘Ali mengambil kekuasaann. Menurutnya Mesir harus dijadikan Negara maju dan rahasia kekuatan pembaharuan  Dunia Barat menuju kemoderenan melalui ekspedisi Napoleon telah dapat di tangkap di Mesir.
            Ali Menyatakan bahwa dasar kemajuan dunia Barat adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi didirikan sekolah-sekolah : Sekolah Meliter (1815), Sekolah Teknik (1816), Sekolah Kedokteran (1827), Sekolah Apoteker (1829), Sekolah Pertambangan (1834), dan Sekolah Penerjemahan (1836). Para pengajarnya banayak didatangkannya dari Eropa. Selain itu Pasya juga mengirim para pelajar-pelajar Mesir ke Eropa, terutama Paris, dan setalah mereka pulang ditugaskan untuk menterjemahkan buku-buku yang berbahasa Eropa ke dalam Bahsa Arab, disamping juga mengajar.[6]
2.      At-Thahtawi
            Nama lengkapnya adalah Rifa’ah Badwi Rafi’, lahir pada tahun 1801 M. di Thahtha, dan meniggal di Kairo pada tahun 1873 M. Ketika berumur 16 tahun, ia pergi ke Kairo dan belajar di  al-Azhar. Karena kepintarannya, ia diutus oleh Muhammad Ali ke Paris guna mendalami bahasa asing dan mempertajam wawasan keagamaan dengan mengkaji teks-teks modern.[7]
           Beliau sangat berjasa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan di Mesir karena menguasai berbagai bahasa asing dan berhasil mendirikan sekolah penerjemahan dan menjadikan bahasa asing tertentu sebagai pelajaran wajib di sekolah.
           Diantara pendapat-pendapat baru yang dikemukakannya ialah ide pendidikan yang bersifat universal. Pendidikan dalam Islam bukan hanya untuk anak laki-laki tetapi juga anak perempuan. Pendapat yang mengatakan, meyekolahkan anak perempuan makruh, ia lawan dengan fakta sejarah bahwa istri Nabi Muhammad Hafshah dan ‘Aisyah pandai membaca dan menulis.[8] 
3.            Muhammad Abduh
           Muhammad Abduh lahir di Mesir Hilir, tepatnya di desa mana tidak dapat diketahui karena bapak dan ibunya adalah orang desa yang idak mementingkan tempat dan tanggal lahirnya. Tahun 1849 tahun yang umum dipakai sebagai tanggal lahirnya.[9]
           Terdapat banyak sumbangsi pemikiran-pemikiran Muhammad Abduh bagi Islam, misalnya bidang ‘Akidah Tauhid, dan kemajuan bidang Pendidikan.
           Dalam bidang Pendidikan, menurutnya, perluhnya dibuka sekolah-sekolah modern, dimana ilmu pengetahuan modern di ajarkan di samping ilmu pengetahuan agama. Dan ke dalam Al-Azhar perluh dimasukan ilmu-ilmu modern, agar ulama Islam mengerti kebudayaan modern dan dengan demikian dapat mencari penyelesaian yang baik bagi persoalan-persoalan yang timbul dalam zaman modern ini.  Dan juga untuk sekolah-sekolah yang telah didirikan di Mesir, seperti sekolah Meliter, Administrasi dan lain-lainnya, perluh dimasukkan didikan agama yang lebih kuat, termasuk ke dalamnya sejarah Islam dan sejarah kebudayaan Islam.[10]

4.      Jamaludin Al-Afghani
            Al-Afghani lahir 1835 M, namun terdapat beberapa versi yang menyatakan dimana tepatnya ia dilahirkan. Menurut pengakuannya sendiri ,ia dilahirkan di Asadabad, suatu kota di Konar, wilayah distrik Kabul di Afaghanistan, sedangkan versi lain menyebutkan ia dilahirkan di Asadabad dekat Harnadan Persia (Iran).[11]
            Menurut Afgany, sebagaimana di jelaskan Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, hlm. 163. ilmu pengetahuan yang dapat menundukkan suatu bangsa, dan ilmu pula sebenarnya yang berkuasa di dunia ini yang kadangkala berpusat di Timur ataupun di Barat. Ilmu juga yang mengembangkan pertanian, industri, dan perdagangan, yang menyebabkan penumpukan kekayaan dan harta. Tetapi filsafat menurutnya merupakan ilmu yang paling teratas kedudukannya di antara ilmu-ilmu yang lain.[12]
5.      Rasyid Ridha
      Rasyid Ridha dilahirkan pada tahun 1865 di Al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang letaknya tidak jauh dari kota Tripoli (Suria). Menurut keterangan ia berasal dari keturunan Al-Husain, cucu Nabi Muhammad.[13]  Beliau juga merupakan salah satu murid terdekat dari Muhammad Abduh dan yang melanjutkan perjuangan Abduh setelah ia meninggal. Terdapat pemikiran-pemikiran pembeharuan yang disumbangsikan Ridha untuk Islam.
     Dalam dunia pendidikan, Rasyid Ridha melihat perluhnya penambahan mata-mata pelajiaran umum pada kurikulum  madrasah dan sekolah tradisional, di samping mata pelajaran agama.[14]

    C.    Tujuan Pendidikan di Mesir
Pemerintah Mesir menyatakan bahwa pengembangan secara ilmiah harus dilakukan dalam sistem pendidikan. Oleh sebab itu, diputuskan bahwa konsep struktur, fungsi dan manajemen pendidikan semua harus ditinjau ulang.
Mesir memprogramkan wajib belajar, Masyarakatnya harus pandai dalam hal baca tulis dan terdidik, harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menjadi masyarakat yang produktif, pendidikan juga harus fleksibel, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.[15]
Adapun Tujuan-tujuan utama dari pendidikan di Mesir adalah sebagai berikut:
1.      Menyiapkan dan mengembangkan warga Mesir dengan cara yang akan membantu mereka untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat yang berubah modern untuk menghadapi tantangan terbarukan, selain memungkinkan mereka untuk memahami dimensi religius, nasional, dan budaya dari identitas mereka.
2.      Pendidikan dimaksudkan untuk menegakkan demokrasi dan persamaan kesempatan serta pembentukan individu-individu yang demokratis.
3.      Upaya pembentukan Negara independen setelah bebas dari penjajahan Barat.[16]
4.      Pendidikan juga dimaksud sebagai pembangunan bangsa secara menyeluruh, yaitu menciptakan hubungan fungsional antara produktivitas pendidikan dan pasar kerja.
5.      Pendidikan harus mampu mengiring masyarakat pada pendidikan sepanjangan hayat melalui peningkatan diri dan pendidikan diri sendiri.
6.      Pendidikan harus mencakup pengembangan ilmu dan kemamuan tulis baca, berhitung, mempelajari bahasa-bahasa selain bahasa arab, cipta seni, serta pemahaman atas lingkungan.

   D.    Sistem Pendidikan di Mesir
Sistem pendidikan mesir mempunyai dua struktur parallel : struktur sekuler dan struktur keagamaan Al-Azhar. Struktur sekuler diatur oleh Kementrian Pendidikan. Struktur Al-Azhar dilaksanakan oleh kementrian Agama di negara-negara lain.
Dalam penyeleksian tenaga pengajar, sebagai lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pendidikan, UNESCO Mesir mengembangkan suatu sistem pelatihan guru untuk mendukung tercapainya sumber daya manusia Mesir yang handal. Training ini diselenggarakan melalui kerjasama dengan perusahan-perusahaan besar yang berperan dalam melakukan sertifikasi keahlian guru selepas training.

Sistem Pendidikan modern di negara Mesir meliputi:[17]
-     Sekolah Dasar (Ibtida’i). selama 5 tahun
-      Sekolah Menengah Pertama (I’dadi). Selama 3 tahun
-      Sekolah Menengah Atas (Tsanawiyah ‘Ammah). Selama 3 tahun
-      Pendidikan Tinggi. Selama 4-6 tahun.
1.  Sistem Sekolah Sekuler (Umum)
Jenjang pertama yang dikenal dengan “Sekolah Dasar” mulai dari “Grade 1” samapai “Grade5” , dan jenjang kedua, yang dikenal dengan “Sekolah Persiapan”, mulai dari “Grade 6” sampai ”Grade” 8. Sekolah persiapan ini baru menjadi pendidikan wajib dalam tahun 1984. Pada sekolah umum tahun pertama (Grade 9) adalah kelas pertama pada Grade 10 murid harus memilih  antara bidang sains dan non sains (IPA vs Non IPA) untuk Grade 10 dan 11.
Pendidikan tinggi di universitas institusi spesialisasi lainya mengikuti pendidikan akademik umum. Pendidikan pada sebagian lembagaa pendidikan tinggi berlangsung selama dua, empat atau lima tahun tergantung pada program dan bidang yang dipilih.
2.             Sistem Sekolah Al-Azhar
    Sistem sekolah ini hampir sama dengan sistem sekolah sekuler ada tingkatan sekolah dasar. Perbedaannya ialah bahwa pendidikan agama Islam lebih mendapat tekanan. Dalam kurikulumya terdapat perbedaan, murid boleh memilih apakah ingin masuk ke sekolah umum dua tahun lagi atau masuk ke sekolah agama selama dua tahun.
      Pada tingkatan universitas, misalnya terdapat fakultas-fakultas umum konvensional seperti kodokteran, Teknik, Farmasi, Pertanian dan lain-lain, juga memiliki fakultas Darul ‘Ulum yang menyelenggarakan studi Islam.[18]
3.            Pendidikan Nonformal
      Pendidikan Nonformal didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan pendidikan terencana diluar sistem pendidikan ini dimaksudkan untuk melayani kebutuhan pendidikan bagi kelompok-kelompok orang tertentu apakah itu anak-anak,generasi muda, atau orang dewasa; apakah mereka laki-laki atau perempuan, petani, pedagang, atau pengrajin; apakah mereka dari keluarga orang kaya atau keluarga miskin.[19] Di mesir, pendidikan nonformal terutama dikaitkan dengan penghapusan ilistrasi. Dengan demikian, kebanyakan program lebih dikonsentarikan pada pendidikan nonformal ada dalam asfek itu.

Sistem pendidikan Mesir, baik sekolah negeri maupun Al-Azhar, dan pendidikan swasta lainnya, memang mewajibkan pelajar Muslim untuk menghafal Al-Quran. Selain itu, pengajian di mesjid-mesjid bagi jamaah, khususnya anak-anak sekolah juga berperan penting untuk mendorong warga menghafal Al-Quran, kata Menteri Zakzouk, yang juga mantan dekan fakultas teologi Universitas Al-Azhar tersebut.

             Sistem pendidikan di Mesir, sejak taman kanak-kanak sudah diwajibkan menghafal Al-Quran. Di Universitas Al-Azhar, misalnya, bagi mahasiswa Mesir program S-1 diwajibkan menghafal 15 juz (setengah) Al-Quran, program S-2 diwajibkan menghafal seluruh Al-Quran. Adapun program S-3, tinggal diuji hafalan sebelumnya

              Kewajiban hafal Al-Quran ini tidak berlaku bagi mahasiswa asing non-Arab, di mana program S-1 diringankan, yaitu hanya diwajibkan hafal delapan juz Al-Quran, dan program S-2 sebanyak 15 juz Al-Quran, sementara program S-3 baru diwajibkan hafal seluruh Al-Quran.
Sementara itu, Pemerintah Mesir dilaporkan setiap tahun mengalokasikan dana khusus sebesar 25 juta dolar AS (1,2 miliar pound Mesir) untuk penghargaan bagi penghafal Al-Quran.[20] Penghargaan itu diberikan setiap peringatan hari-hari Besar Islam bagi pemenang hifzul (penghafal) Al-Quran, berupa uang tunai maupun dalam bentuk beasiswa dan tunjangan hidup.
Sudah menjadi tradisi di negeri Seribu Menara itu, perlombaan hafal Al-Quran di setiap hari-hari besar Islam dilakukan secara serentak dari tingkat pusat hingga ke daerah-daerah.

   E.     Kurikulum dan Metodologi Pengajaran di Mesir
Di Mesir, kurikulum adalah hasil pekerjaan tim. Tim kurikulum terdiri dari konsultan, supervisor, para ahli, para profesor pendidikan, dan guru-guru yang berpengalaman.[21] Biasanya ada sebuah panitia untuk setiap mata pelajaran atau kelompok pelajaran, dan ketua-ketua panitia ini diundang rapat sehingga segala keputusan dapat di koordinasikan. Kurikulum yang sudah dihasilkan oleh panitia diserahkan kepada Dewan Pendidikan Para universtias yang secara resmi mengesahkan untuk diimplementasikan. Berdasarkan peraturan, kurikulum dapat diubah dan disesuaikan untuk mengakomodasikan kondisi setempat atau hal-hal khusus.

Dr. Drs. H. Agustian Syah Nur, MA, dalam bukunya Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara,lebih jauh menjelaskan bahwa materi pelajaran disiapkan oleh berbagai badan atau lembaga-lembaga termasuk panitia kurikulum dari semua jurusan ara akademisi dan asosiasi guru mata pelajaran. Pada umumnya sekolah dan masing-masing guru mempunyai kebebasan yang aga luas dalam memilih materi pelajaran.

   F.     Rekontruksi Pengembangan Pendidikan di Mesir
Ketika kita membicarakan system pendidikan di Mesir, baik itu kurikulmya, tenaga pengajarnya, peserta didiknya dan lain-lain. Maka jika kita bandingkan dengan Indonesia yang katanya merupakan umat muslim terbesar di dunia, masih jauh terdapat perbedaan, baik dari segi kualitas pengelolaan pendidikan, tenaga pengajar, dan kurikulum yang diterapkan masih banyak terjadi ketidak efektipan.

Untuk itu, mungkin terdapat banyak hal atau system pengelolaan dalam pendidikan di Indonesia yang bisa di rekontruksi dan adobsi dari system pengelolaan pendidikan Mesir dan implementasinya di lapangan. Diantaranya yaitu :
1.      Sistem Evaluasi pendidikan di Mesir cukup baik, soal Ujian Nasional mereka berbentuk Essay sedangkan di Indonesia Pilihan Ganda.
2.       Sistem Pengkoreksiannyapun baik, dilembar jawaban tidak di cantumkan nama siswa sedang di Indonesia di cantumkan. Sistem ini mungkin akan menghindarkan tindakan kecurangan yang dapat dilakukan oleh guru, dan di Indonesia ini seringkali terjadi apalagi pada waktu Ujian Nasional.
3.      Di Mesir adanya penyesuaian mata pelajaran yang diberikan sesuai dengan usia siswa.
4.      Melakukan pendidikan untuk calaon Guru dengan cara yang lebih sekektif. Misalanya, UNESCO Mesir mengembangkan suatu sistem pelatihan guru untuk mendukung tercapainya sumber daya manusia Mesir yang handal.
5.      Semangat pembeharuan yang begitu kuat tertanam pada generasi-generasi mudahnya, baik pembaharuan dalam pendidikan, namun juga peradaban dan kebudayaan, maka tidak heran jika Mesir salah satu Negara Islam yang menjadi kiblat peradaban dunia.
6.      Memprioritaskan kemampuan para peserta didiknya untuk terus mengembangkan dirinya sesuai dengan minat dan bakatnya.
7.      Tenaga pengajar memang ahli dalam bidang yang ia ajarkan kepada para peserta didik.



PENUTUP

             Mesir, saat ini menjadi salah satu Negara Islam yang menjadi kiblat peradaban dunia. Semanagat pembaharuan peradaban dan pendidikan di Mesir, awalnya mulai lahir ketika pasukan Napoleon berhasil menduduki Mesir, walaupun sudah menguasai Mesir pasukan yang berasal dari Prancis ini masih belum puas karena misi mereka lainnya adalah untuk menguasai Timur Tengah, tetapi pada akhirnya misi mereka itu tidak sampai.

             Setelah berhasil menduduki Mesir, Pasukan Napoleon terus mengembangkan ilmu pengetahuan, dengan membawah pakar-pakar berbagai disiplin ilmu, seperti Biologi, Fisika, Kimia, Atmsofer dan sebagainya. Namun semua disiplin ilmu yang di kembangkan di Mesir saat itu berasal dari Dunia Barat.

             Kemajuan dan semangat pembaharuan kemoderenan Napoleon inilah, para cendikiawan dan atau tokoh-tok muslim, mempunyai semagat baru untuk melakukan sebuah pembaharuan kea rah yang lebih modern. Diantara tokoh-tokoh muslim yang ikut andil besar dalam mengembangkan paradaban dan ilmu pengetahuan di Mesir, yaitu: Muhammad ‘Ali Pasya, Jamaludin Al-Afghani, Muahmmad Abduh, At-Thatawi,  Rasyid Ridha dan lain-lain.

            Akhirnya, Semoga sedikit dari ulasan yang di bahas di Makalah ini, dapat memberikan sedikit informasi baru bagi para pembaca tentang perkembangan dunia pendidikan di Mesir.



DAFTAR PUSTAKA

·         Niasution, Harun, Prof.Dr.,Pembaharuan dalam Islam (sejarah Pemikiran dan Gerakan). Penerbit :Bulan Bintang, Jakarta;1974.
·         Hamka, Prof.Dr, Sejarah Umat Islam jilid II. Penerbit:Bulan Bintang, Jakarta;1975.
·         Nasution, Harun, Prof.Dr, Islam Rasional (Gagasan dan Pemikiran).Penerbit Mizan,Jakarta;1989.hlm 148-149
·         http//:bahru90.blogspot.com/2011/10.makalah-pendidikan-di-mesir.html
·         Hamid, Abdul, Drs.KH.M.Ag dan Yaya, Drs, M.Ag, Pemikiran Modern dalam Islam. Penerbit:Pustaka Setia,Bandung;2010.
·         http//:jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/27/pendidikan-pada-masa-pembaharuan-di-mesir.
·         Departemen Agama RI, Belajar Islam di Timur Tengah..hlm 44











  



[2] Prof.Dr.Harun Nasution,Pembaharuan dalam Islam (sejarah Pemikiran dan Gerakan). Bulan Bintang, Jakarta;1974.hlm 29
[3] Ibid.hlm 30
[4] Ibid. hlm 30
[5] Prof.Dr.Hamka, Sejarah Umat Islam jilid II. Bulan Bintang, Jakarta;1975.hlm 189-190
[6] Prof.Dr.Harun Nasution, Islam Rasional (Gagasan dan Pemikiran).Penerbit Mizan,Jakarta;1989.hlm 148-149
[7] http//:bahru90.blogspot.com/2011/10.makalah-pendidikan-di-mesir.html dilihat hari Sabtu jam 15.00
[8] Ibid. Islam Rasional. hlm 149
[9] Ibid. Pembaharuan dalam Islam.hlm 58
[10] Ibid.Pembaharuan dalam Islam.hlm 67
[11] Drs.KH.Abdul Hamid.M.Ag dan Drs.Yaya M.Ag, Pemikiran Modern dalam Islam. Pustaka Setia,Bandung;2010.hlm 244
[12] http//:jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/27/pendidikan-pada-masa-pembaharuan-di-mesir.dilihat minggu jam 08.00
[13] Ibid.Pembaharuan dalam Islam.hlm 69
[14] Ibid.Pemikiran Modern dalam Islam. Hlm 242
[15] Ibid.dharwanto.blogspot.com.dilihat 01/06/13 jam 15.00
[16] Departemen Agama RI, Belajar Islam di Timur Tengah..hlm 44
[18] Ibid.Belajar Islam di Timur Tengah.hlm 46
[19] Ibid.dharwanto.blogspot.com. dilihat 02/06/13
[20] Ibid.bahru.blogspot.com
[21] Ibid.dharwanto.blogspot.com. dilihat 03/06/13 jam 11.00

Comments (0)