MAKALAH FILSAFAT UMUM
POSITIVISME AUGUST COMTE
Makalah ini Di susun
Sebagai tugas mandiri yang diberikan
Dosen mata kuliah Filsafat Umum


Di susun oleh:
AHMAD ABDUL QISO (11410028)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
Tahun Akademik 2011/2012








KATA PENGANTAR

Puji syukur hanyalah teruntuk kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat dan kasih sayangnya kepada setiap makhluknya, Dialah yang mengawasi setiap gerak gerik kita, kapanpun dan dimanapun kita berada dan tidak seorang makhluk apapun yang dapat melebihi kekuasaannya.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada keharibaan kita, junjungan kita yang telah membawah nilai-nilai kebenaran pada saat dunia berada di era bobroknya nilai-nilai setiap tingkah laku manusia, atau yang biasa disebut pada zaman jahiliah.
Di era zaman yang semangkin maju dan penuh persaingan ini, sudah semestinya kita memahami dan mempelajari apa itu filsafat, karena itu sudah menjadi kebutuhan bagi kita semua, karena kalau kita tidak bisa mengikuti perkembangan zaman ini, maka kita akan mengalami ketertinggalan pengetahuan, untuk sangat dirasa perlu untuk kita memahami apa yang sebenarnya dikaji dam dikulas dalam filsafat itu.
Di dalam makalah ini, penulis akan mencoba mengulas salah satu yang dibahas dalam filsafat, yaitu Positivisme Aguste Comte. Semga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahauan bagi para pembaca terutama bagi penulis sendiri, tetapi tentunya makalh ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan pemahaman penulis, unyuk itu saran dan kritik dari para pembaca sanagat membantu dalam penyempurnaan buku ini.
                     Demikian, Terima kasih.


                                                                                                                     Penulis,





DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR……………………...……………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI………………………………...…………………………………………………………....iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………...……………………………………………………..1
A.     Latar Belakang……………………………………………………………………………………..1
B.     Rumusan Masalah………………………………………………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………..……………………………………………...2
       A.     Riwayat Hidup Aguste Comte……………………………………………………………………..2
       B.     Pengertian Positivisme…………………………………………………………………………….2
      C.     Persfektif Positivistif Tenatng Masyarakat………………………………………………………..3
      D.      Hukum Tiga Tahap………………………………………………………………………………..3
      E.      Prinsif-prinsif Keteraturan Sosial………………………………………………………………….4
n    F.      Tiga Zaman Perkembangan Pemikiran Manusia………………………………………………….5
     G.     Susuna Ilmu Pengetahuan…………………………………………………………………………6
BAB II PENUTUP………………………………………………...………………………………………8
      A.     Kesimpulan………………………………………………………………………………………...8
Daftar Pustaka………………….………………………………………………………………………….9



BAB I
PENDAHULUAN

    A.     Latar Belakang Masalah
Positivisme Aguste Comte ini adalah merupakan bagian atau yang di bahas dalam pembelajaran Filsafat Umum, oleh karena itu sudah seharusnya kita memahami apa itu Positivisme yang pertama kali dilahirakan Oleh Aguste Comte, dan pada era dewasa menuntut untuk setiapa kita untuk memahami apa yang sebenarnya dikaji dalam filsafat itu sendiri, hal ini tidak hanya harus dipahami oleh para ilmuan atau profesor saja, tapi mahsiswa dituntut juga untuk dapat memahami yang dikaji dalam filsafat. Karena mahasiswa itu nantinya yang akan menggantikan para filosofis saat ini, dan setiap preode filsafat itu harus dapat terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

    B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan tentang riwayat hidup Aguste Comte dan bagaiman perjalanan hidupnya?
2.      Jelaskan pengrtian dari positivisme?
3.      Bagaimanakah prspektif  positivistik tentang masyarakat?
4.      Sebutkan tentang hukum tiga tahap yang dirumuskan Aguste Comte?
5.      Jelakan tentang prinsif-prinsif keteraturan sosial?
6.      Sebutkan dan jelaskan tiga zaman perkembangan pemikiran manusia
7.      Bagaimankah susunan ilmu pengetahuan.




BAB II
PEMBAHASAN

   A.     Riwayat Hidup Auguste Comte

1.      Biografi Aguste Comte
            Nama lengkap Aguste Comte adalah Isidore Marie Auguste Francois Xavier Comte, dia  dilahirkan di Montpellier, Prancis Selatan 17 januari 1798. Keluarganya beragam Katholik yang berdara bangsawan. Meskipun demikian, Aguste Comte tidak terlalu peduli dengan kebangsawanannya. Dia memulai meniti pendidikan di Lycee Joffre dan Montpellier, setelah ia menyelesaikan pendidikan itu, di melanjutkan pendidikannya di Ecole Polytechnigue di paris Selatan selama 2 tahun antara 1814-1816.
2.      Perjalanan Aguste Comte
       Secara intelektual kehidupan Comte dapat diklafikasikan menjadi 3 tahap:
·         Pertama, ketika ia berkerja dan bersahabat dengan Saint-Simon, pada tahap ini pemikirannya tentang sistem politik baru, dimana fungsi-fungsi pendeta di abad pertengahan diganti ilmuan dan fungsi tentara dialihkan kepada industri.
·         Kedua, ketika ia telah menjalani proses pemulihan mental yang disebabkan kehidupan pribadinya yang tidak stabil. Pada tahap inilah, Comte melahirkan karya besarnya tentang filsafat positivisme yang ditulis pada 1830-1842. Kehidupan Comte berpengaruhluas justru terletak pada separuh awal kehidupannya
·         Ketiga, kehidupan intelektual Comte berlangsung ketika ia menulis A syistem of Positive Polity antara 1851-1854.

    B.     Pengertian Positivisme
               Positivisme diperkenalkan oleh Aguste Comte (1798-1857) yang tertuang dalam karya utama Aguste Comte adalah Cours de Philosophic Positive.
               Positivisme berasal dari kata "positif". Kata "positif" di sini sama artinya dengan faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak boleh melebihi fakta-fakta. Sedangkan menurut istilah positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains. Atau jaga bisa diartikan sebagai suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.

               Untuk memahami fisafat positivisme Auguste Comte dalam pandangan umum dan khususnya dalam pengertian pengembangan, Perlu sekiranya memahami lebih dulu apa yang dimaksud dengan “positif”menurutAuguste Comte:

1.        Sebagai lawan atau kebalikan atas sesuatu yang bersifat khayal, maka pengertian “posiitif” pertama diartikan sebagai sesuatu yang nyata.
2.       Sebagai lawan atau kebalikan atas sesuatu yang tidak bermafaat, maka pengertian “positif” diartikan sebagai pensidatan sesuatu yang bermanfaat.
3.       Sebagai lawan atau kebalikan sesuatu yang meragukan, makapengertian “positif” diartikan sebagai pensifatan sesuatu yang sudah pasti.

    C.     Perspektif  Positivistik tentang Masyarakat
             Meskipun Comte yang memberikan istilah "positivisme", gagasan yang terkandung dalam kata itu bukan berasal dari dia. Kaum positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dan bahwa metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-­hukumnya sudah tersebar luas lingkungan intelektual pada masa Comte. Akan tetapi, sementara kebanyakan kelompok positivis berasal dari kalangan orang-orang yang progresif, yang bertekad mencampakkan tradisi­-tradisi irasional dan memperbaharui masyarakat menurut hukum alam sehingga menjadi lebih rasional, Comte percaya bahwa penemuan hukum­hukum alam itu akan membukakan batas-batas yang pasti yang (inherent) dalam kenyataan sosial, dan jika melampaui batas-batas itu, usaha pembaharuan akan merusakkan dan menghasilkan yang sebaliknya. Skeptisisme Comte berhubungan dengan usaha-usaha pembaharuan besar­besaran serta penghargaan terhadap tonggak-tonggak keteraturan sosial tradisional menyebabkan dia dimasukkan ke dalam kategori orang konservatif.
              Comte melihat masyarakat sebagai suatu keseluruhan organik yang kenyataannya lebih daripada sekadar jumlah bagian-bagian yang saling bergantung, tetapi untuk mengerti kenyataan ini, metode penelitian empiris ,harus digunakan dengan keyakinan bahwa masyarakat merupakan suatu bagian dari alam seperti halnya gejala fisik.
             Comte melihat perkembangan ilmu tentang masyarakat yang bersifat alamiah sebagai puncak suatu proses kemajuan intelektual yang logis yang telah dilewati oleh ilmu-ilmu lainnya. Kemajuan ini mencakup per­kembangan dari bentuk-bentuk pemikiran teologis purba, penjelasan metafisik, dan akhirnya sampai terbentuknya hukum-hukum ilmiah yang posifif. Bidang sosiologi (atau fisika sosial) adalah paling akhir melewati tahap-tahap, ini, karena pokok permasalahannya lebih kompleks daripada yang terdapat dalam ilmu fisika dan biologi.

D.     Hukum Tiga Tahap
             Hukum tiga tahap merupakan usaha Comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner umat manusia dan masa primitif sampai peradaban Perancis abad kesembilan belas yang sangat maju. Hukum ini, yang mungkin paling terkenal dan gagasan-gagasari teoretis pokok Comte, tidak lagi 

diterima sebagai suatu penjelasan mengenai perubahan sejarah secara memadai. Juga terlalu luas dan umum sehiquga tidak dapat benar-benar tunduk pada pengujian empiris secara teliti, yang menuntut Comte harus ada untuk membentuk hukum-hukum sosiologi.
              Singkatnya, hukum itu menyatakan bahwa masyarakat (atau umat manusia) berkembang melalui tiga tahap utama. Tahap-tahap ini ditentukan menurut cara berpikir yang dominan, yaitu teologis, metafisik, dan positif.
1.      Tahap teologis merupakan periode yang paling lama dalam sejarah manusia, dan untuk analisis yang lebih terperinci, Comte membaginya ke dalam periode fetisisme, politeisme, dan monoteisme. Fetisisme, bentuk pikiran yang dominan dalam masyarakat primitif, meliputi kepercayaan bahwa semua benda memiliki kelengkapan kekuatan hidupnya sendiri. Akhirnya, fetisisme ini diganti dengan kepercayaan akan sejumlah hal supernatural yang meskipun berbeda dari benda-benda alam, terus mengontrol semua gejala alam. Begitu pikiran manusia terus maju, kepercayaan akan banyak idea itu diganti dengan kepercayaan akan satu yang tertinggi. Katolisme pada abad pertengahan memperlihatkan puncak tahap monoteisme.
2.      Tahap metafisik terutama merupakan tahap transisi antara tahap teologis dan positif. Tahap ini ditandai oleh satu kepercayaan akan hukum­hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan dengan akal budi. Protestantisme dan Deisme memperlihatkan penyesuaian yang berturut­turut dari semangat teologis kepada munculnya semangat metafisik yang mantap. Satu manifestasi yang serupa dan semangat ini dinyatakan dalam Declaration of Independence: "Kita menganggap kebenaran ini jelas dari dirinya sendiri ...... Gagasan bahwa ada kebenaran tertentu yang asasi mengenai hukum alam yang jelas dengan sendirinya menurut pikiran manusia, sangat mendasar dalam cara berpikir metafisik.
3.      Tahap positif ditandai oleh kepercayaan akan .data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir. Akan tetapi, pengetahuan selalu sementara sifatnya, tidak mutlak; semangat positivisme memperlihatkan suatu keterbukaan terus-menerus terhadap data baru atas dasar pengetahuan dapat ditinjau kembali dan diperluas. Akal budi penting, seperti dalam periode metafisik, tetapi harus dipimpin oleh data empiris. Analisis rasional mengenai data empiris akhirnya memungkinkan manusia untuk mem­peroleh hukum-hukum, tetapi hukum-hukum dilihat sebagai uniformitas empiris lebih daripada kemutlakan metafisik. (Doyle Paul Jhonson, Robert MZ. Lawang, 86)

     E.      Prinsif-prinsif Keteraturan Sosial
             Sejalan dengan perspektif organiknya, Comte sangat menerima saling ketergantungan yang harmonis antara "bagian-bagian" masyarakat, clan sumbangannya terhadap bertahannya stabilitas sosial. Meskipun keteraturan sosial dapat terancam oleh anarki sosial, moral, dan intelektual, selalu akan diperkuat kembali. Sesungguhnya periode sejarah yang lama sudah ditandai oleh stabilitas yang berarti, dan sebagian tugas Comte, yang dia berikan sendiri adalah menemukan sumber-sumber stabilitas ini.
            Analisis Comte mengenai keteraturan sosial dapat dibagi dalam dua fase. Pertama, usaha untuk menjelaskan keteraturan sosial secara empiris dengan menggunakan metode positif. Kedua, usaha untuk meningkatkan keteraturan sosial sebagai suatu cita-cita yang normatif dengan mengguna­kan metode-metode yang bukan tidak sesuai dengan positivisme, tetapi yang menyangkut perasaan juga intelek.
F.      Tiga Zaman Perkembangan Pemikiran Manusia
             Titik tolak ajaran Comte yang terkenal adalah tanggapannya atas perkembangan pengetahuan manusia, baik perseorangan maupun umat manusia secara keseluruhan, melalui tiga zaman atau tiga stadia. Menurutnya, perkembangan menurul tiga zaman ini merupakan hukum yang tetap. Ketiga zaman itu ialah zaman teologis, zaman metafisis, dan zaman ilmiah atau positif.
1.      Zaman Teologi
             Pada zaman teologis, manusia percaya bahwa di belakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut. Zaman teologis dapat dibagi lagi menjadi tiga periode berikut :
a.       Animisme. Tahap animisme merupakan tahapan paling primitif karena benda-benda dianggap mempunyai jiwa
b.      Politeisme. Tahap politeisme merupakan perkembangan dari tahap pertama, pada tahap ini, manusia percaya pada dewa yang masing­masing menguasai suatu lapangan tertentu; dewa laut, dewa gunung, dewa halilintar, dan sebagainya
c.       Monoteisme. Tahap monoteisme ini lebih tinggi daripada dua tahap sebelumnya, karena pada tahap ini, manusia hanya memandang satu Tuhan sebagai penguasa.
2.      Zaman Metafisis
              Pada zaman ini, kuasa-kuasa adikodrati diganti dengan konsep dan prinsip yang abstrak, seperti "kodrat" dan "penyedap". Metafisika pada zaman ini dijunjung tinggi.
3.      Zaman Positif
              Zaman ini dianggap Comte sebagai zaman tertinggi dari kehidupan manusia. Alasannya ialah pada zaman ini tidak lagi ada usaha manusia untuk mencari penyebab-penyebab yang terdapat di belakang fakta-fakta. Manusia kini telah membatasi diri dalam penyelidikannya pada fakta­fakta yang disajikan kepadanya., Atas dasar observasi dan dengan menggunakan rasionya, manusla berusaha menetapkan relasi atau hubungan persamaan dan urutan yang terdapat antara fakta-fakta. Pada zaman terakhir inilah dihasilkan ilmu pengetahuan dalam arti yang sebenarnya.
               Hukum tiga zaman tidak saja berlaku pada manusia sebagai allak manusia berada pada zaman teologis, pada masa remaja, ia masuk-zaman metafisis dan pada masa dewasa, ia memasuki zaman positif. Demikian pula, ilmu pengetahuan berkembang mengikutiiiga zaman tersebut yang akhirnya mencapai puncak kematangannya pada zaman positif.
   G.     Susunsn Ilmu Pengetahuan
             Ilmu pengetahuan tidak semuanya mencapai kematangan yang sama pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, memungkinkan untuk melukiskan perkembangan ilmu pengetahuan berdasarkan rumitnya bahan yang dipelajari di dalamnya. Urutan perkembangan ilmu pengetahuan tersusun sedemikian rupa sehingga yang satu selalu mengandalkan ilmu pengetahuan yang lain mendahuluinya. Dengan demikian, Comte membedakan enam ilmu pengetahuan pokok, yaitu: ilmu pasti, astronomi, fisika, kimia, biologi, dan puncaknya pada sosiologi. Semua ilmu pengetahuan, menurut Comte, dapat dijabarkan kepada salah satu dari enam ilmu tersebut.
             Ilmu pasti merupakan ilmu yang paling fundamental dan menjadi pembantu bagi semua ilmu lainnya. Selain relasi-relasi matematis, astronomi membicarakan juga tentang gerak. Dalam fisika ditambah lagi dengan penelitian tentang materi. Selanjutnya, kimia membahas proses perubahan yang berlangsung dalam materi yang telah dibicarakan dan dikupas dalam fisika. Perkembangan selanjutnya menjelma dalam biologi Yang kini membicarakan kehidupan. Akhirnya, sampailah pada puncak ilmu pengetahuan yang diberi nama sosiologi yang mengambil objek' penyelidikannya gejala-gejala kemasyarakatan yang terdapat pada makhluk-makhluk hidup yang merupakan objek biologi, ilmu sebelum sosiologi. Karena istilah sosiologi merupakan puncak dan penghabisan untuk usaha ilmiah seluruhnya, sosiologi baru dapat berkembang sesudah ilmu-ilmu lain mencapai kematangan. Oleh karena itu, Comte beranggapan bahwa selaku `pencipta' sosiologi, ia menghantarkan ilmu pengetahuan masuk ke tahap positifnya. Dengan demikian, merancang sosiologi, Comte mempunyai maksud praktis, yaitu atas dasar pengetahuan tentang hukum.- hukum yang menguasai masyarakat mengadakan susunan masyarakat yang lebih sempurna. (Juhaya S. Pradja, 2000 : 92)

             Dengan demikian, positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu. yang di luar fakta atau kenyataan dikesam­pingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.
             Menurut Auguste Comte (1798 - 1857 M), indra itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indra akan dapat dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen memerlukan. ukuran-ukuran yang jelas. Panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur denglan meteran, berat dengan kiloan, clan sebagainya. Kita tidak cukup mengatakan api panas, matahari panas; kopi panas, ketika panas. Kita juga tidak cukup mengatakan palms sekali, panas, tidak panas. Kita memerlukan ukuran yang teliti. Dari sinilah kemajuan sains benar-benar dimulai. 

              Positivisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri. la hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah (scientific method) dengan memasukkan perlunya eksperimen clan ukuran-ukuran. Jadi, pada dasarnya positivisme itu sama dengan empirisme plus rasionalisme.
















BAB III

PENUTUP
    A.     Kesimpulan
            August Comte (1798-1857) adalah seorang filsuf dari Perancis yang sering kali disebut sebagai peletak dasar bagi ilmu Sosiologi. Dan dia pula-lah yang memperkenalkan nama 'Sociology'.

            Auguste Comte yang lahir di Montpellier, Perancis pada 19 Januari 1798, adalah anak seorang bangsawan yang berasal dari keluarga berdarah katolik. Namun, diperjalanan hidupnya Comte tidak menunjukan loyalitasnya terhadap kebangsawanannya juga kepada katoliknya dan hal tersebut merupakan pengaruh suasana pergolakan social, intelektual dan politik pada masanya.
            Auguste Comte adalah, manusia yang berjalan di tengah-tengah antara ideologi yang berkembang ( progressiv vs konservatif ), berada pada ruang abu-abu ( keilmiahan ilmu pengetahuan ). Comte memberikan sumbangsih cukup besar untuk manusia walaupun, ilmu pengetahuan yang dibangun merupakan ide generatif dan ide produktifnya. Comte turut mengembangkan kebudayaan dan menuliskan : “Sebagai anak kita menjadi seorang teolog, sebagai remaja kita menjadi ahli metafisika dan sebagai manusia dewasa kita menjadi ahli ilmu alam”.
          
            Istilah positivisnme paling tidak mengacu pada dua hal berikut : pada teori pengetahuan (epistemologi) dan pada teori (akal budi) manusia. Sebagai teori tentang perkembangan sejarah manusia, istilah positivisme identik dengan tesis comte sendiri mengenai tahap-tahap perkembangan akal budi manusia, yang secara linear bergarak dalam urut-urutan yang tidak terputus. Perkembangan itu bermula dari tahap mistis atau teologi



Daftar Pustaka

·         Ankersmit, F.R., Refleksi Tentang Sejarah : Pendapat-pendaat Modern tentang Filsafat Sejarah, Cet.1, Pt. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1987
·         Adib, Muhammad.Drs.H,MA.Filsafat Ilmu:Ontologi,Epistimologi,Aksiologi,dan Logika Ilmu Pengetahuan, Cet. 2,Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2011
·         www.google.com























9
















     








Comments (0)