Abstrak

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, semestinya kita tidak bisa tidak, harus membuka mata lebar-lebar karena diluar sana kemajuan sains begitu signifikan, namun yang sangat di sayangkan kemajuan pada era modern dan kontemporer ini bukan atas prakarsa umat muslim, hal yang tak dapat kita tolak keberadaannya, kamujuan ini di pelopori oleh orang-orang barat.
Fakta yang mungkin sulit diterima oleh ummat nabi Muhammad, namun mau bagaimana, itulah faktualisasi yang ada pada saat ini. Dari sinilah salah satu faktor yang mendorong Fazlur Rahman dengan semangat yang menggebu-gebu, dia sedikit banyak telah ikut bersumbangsi bagi Islam maupun dunia, baik  berupa tenaga, kritikan, karya-karya ilmiah dan sebagainya.
Neomodernisme adalah salah satu sumbangan pemikirannya bagi umat Muslim. Dia memberikan stimulus bahwa dalam dunia Islam harus adanya perubahan paradigama berfikir yang stagnan dan fundamentalisme menuju neomodernisme dan demokratisasi. Dasamping itu hal yang tak kalah pentingnya sumbangan intelektualitasnya adalah pada pembentukan umat Muslim yang bermoralitas sosialis, namun tetap dalam Iman, Islam dan Takwa.
Perkembangan intelektualiatas Fazlur Rahman mengalami puncaknya setelah ia hijrah dan bertempat tinggal serta menjadi guru besar dalam study pemikiran Islam di Universitas Chicago, karena disini ia memperoleh kebebasan untuk mengeksplorasikan semua imajinasi kreatifnya, yang mempunyai warna tersendiri dengan tingkat orisinalitas yang tidak diragukan lagi yang membedakannya dengan para pembaharu pendahulunya.
Dalam dunia pendidikan Islam, Rahman juga memainkan perannya karena ikut berpartisipasi dengan menyumbangsikan gagasan pembaharuannya dalam sitem pendidikan Islam yang mungkin akhir-kahir ini sedikit banyak mengalami kemerosotan.
Demokratisasi dalam pendidikan adalah salah satu gagasan revolusionernya dalam dunia pendidikan Islam, dengan menghargai potensi yang dibawah oleh peserta didik. Dalam penerapannya diharapakan peserta didik mampu mengembangakan kreatifitas mereka dalam pendidikan ke arah yang positif dalam pengembangan kognitif, afektif dan psikomotiriknya.
Lebih jauh lagi Rahman berpendapat bahwa manusia itu harus terus-menerus melakukan perjuangan yang tak henti-hentinya dalam mengembangkan hidup,kreativitas, kekuasaan, keadilan, hal itu dilakukan agar manusia tetap survive dan makmur. [Assegaf, 2013: 225].


Kajian

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM PRESPEKTIF FAZLUR RAHMAN

Fazlur Rahman adalah salah satu intelektual muslim era abad XX, yang mempunyai semangat revolusioner besar dalam pembaharuan  moralitas dan religiusitas keagamaan dan sistem pendidikan Islam. Sumbangsi intelektualitasnya yang fonomenal dan monumental menempatkan dirinya sebagai satu dari intelektual Muslim yang mempunyai pengaruh besar bagi pemikiran pembaharuan dalam dunia islam bahkan dunia. Maka tidak heran hingga saat ini karya-karyanya masih menjadi rujukan dan bacaan yang sangat sayang jika dilewatkan. Semangat yang tak kenal waktu dan situasi inilah yang sudah semestinya kita adopsi  untuk di realisasikan dalam kehidupan kita saat ini.
Selanjutnya akan dibahas lebih jauh corak pandang pemikiran Falzur Rahman serta sumbangsi-sumbangsi konkritnya dalam dunia Islam umumnya, dan khusunya dalam dunia pendidikan Islam itu sendiri.

             Biografi Singkat Fazlur Rahman

Acikgenc Alparslan dalam Sutrisno, 2006 diungkapkan bahwa Fazlur Rahman lahir pada tanggal 21 september 1919  di daerah Hazrah, (anak benua India) yang sekarang terletak di sebelah barat laut Pakistan.[1] Dan wafat pada  26 juli 1988.[2] Dia dibesarkan dalam keluarga dengan tradisi Mazhab Hanafi.[3] Corak mazhab Hanafi yang cendrung rasional itulah yang tampaknya di kemudian hari berpengaruh pada pemikirannya kearah pembaharuan, yang sering terkesan menentang mainstream ummat Islam Pakistan.[4] Apalagi ketika itu telah berkembang pemikiran yang agak liberal seperti yang dikembangkan oleh Syah Waliullah, Sayid Ahmad Khan, Sir Sayid, Amir Ali, dan Muhammad Iqbal.[5]
Ayahnya Maulana Sahab al-Din, adalah seorang Alim terkenal lulusan Deoband.[6] Beruntung Rahman memiliki ayah sepertinya yang menjalankan ibadah secara taat dan memberikan pendidikan agama yang kuat dan mendalam, sehingga tidak heran pada usia sepuluh tahun Rahman sudah mampu menghafalkan semua ayat al-Qur’an. Menurut Rahman, ada beberapa faktor yang telah membentuk karakter kedalaman dalam beragamanya, diantaranya adalah ketekunan ayahnya dalam mengajarkan agama kepadanya di rumah dengan disiplin tinggi sehingga ia mampu menghadapi berbagai macam peradaban dan tantangan di alam modern, di samping pengajaran dari ibunya, terutama tentang kejujuran, kasih sayang, serta kecintaan sepenuh hati darinya.[7]
Pada Tahun 1933, Rahman Melanjutkan studinya ke Lohare dan memasuki sekolah modern, pada tahun 1940, dia menyelesaikan B.A.-nya dalam bidang bahasa Arab pada Universitas Punjab dan pada tahun 1942 dia menyelesaikan M.A nya di bidang dan universitas yang sama pula.[8] Dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1946, Fazlur Rahman melanjutkan studi doktornya di Oxford University, Inggris. Ia berhasil meraih gelar fislafat pada tahun 1951. Setamat dari Oxford dia tidak langsung pulang ke negerinya, tetapi mengajar di Institute of Islamic Studies, Mc Gill University, Kanada; dan menjabat sebagai Associate Professor of Philosophy.[9]
Memasuki tahun 19760-an, Rahman pulang ke negerinya, Pakistan. Kemudian dua tahun berikutnya, ia ditunjuk sebagai Direktur Lembaga Riset Islam setelah sebelumnya menjabat sebagai staf di lembaga tersebut. Selama kepemimpinaanya, lembaga ini berhasil menerbitkan dua jurnal ilmiah, yaitu Islamic Studies dan Fikru-Nazhr (berbahasa Urdu), di samping itu, dia ditunjuk sebagai anggota Dewan Penasehat Ideologi Islam Pemerintahan Pakistan. [10] Akan tetapi pada kisaran tahun 1969, karena terjadi perperangan idiologi yang cukup panas antara ulama tradisional Pakistan dan Rahman yang di anggap sebagai kalangan modernis dan telah terkontaminasi oleh corak pemikiran Barat, akahirnya rahman melepas jabatannnya sebagai Direktur Lembaga Riset Islam  dan sebelumnya  ia juga melepas jabatannya sebagai Associate Professor of Philosophy.
Setelah melepas dua jabatannya itu, Rahman pergi ke Amerika Serikat, ia mengajar di UCLA (University of California Los Angeles). Kemudia, dia dianggkat sebagai Profesor dalam bidang pemikiran Islam di University Chicago.[11] Selama mengajar di Chicago, dengan posisi sebagai Muslim modernis dan intelektual produktif , Rahman telah banyak memberikin sumbangsi-sumbangsi konkrit bagi perkembangan intelektualitas muslim. Chicago adalah tempat dimana ia mendapat kebebasan untuk mengakapresikan dan mengeksplorasikan semua prodact-prodact pemikiran produktifnya sebagai hasil dari kajian dan analisinya, maka disinilah puncak dari semua pemikiran neomodrnisme, moralitas dan religiusitas keagamaannya serta system pendidikan Islam.  

        Pemikiran Filosofi dan Epistimologi Fazlur Rahman

Kata “pengetahuan” (dalam bahasa Inggris knowledge) adalah kata benda yang berasal dari kata kerja “tahu” (to know) yang semakna dengan ‘mengetahui’. Sementara itu, kata “Ilmu” berasal dari bahasa arab ‘alima-ya’lamu-‘ilm  yang juga berarti ‘tahu’ atau ‘mengetahui’. Menurut bahasa kata pengetahuan bisa bermakna sama dengan ilmu.[12]
Menurut Henry van Laer dalam bukunya Dr. Sutrisno 2006: 91-92,  terhadap hubungan objektif antara istilah science dan istilah to know. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa semua sains mencakup pengetahuan walaupun tidak setiap bentuk pengetahuan bisa dinyatakan sebagai sains. Kedua istilah itu sangat analog karena keduanya dipergunakan untuk menyatakan pengertian-pengertian yang sebagian sama dan sebagian lagi berbeda.To know adalah aktivitas makhluk hidup. Dengan indranya, mereka dapat menyaksikan dan menyajikan dunia eksternal ke dalam diri (internal) mereka sendiri. Berhubung masukan ini berakhir pada tingkat indera atau tingkat intelek, maka model pengetahuan ini bisa dibedakan menjadi dua, yaitu ‘pengetahuan indrawi’ dan ‘pengetahuan intelektual’.
Menurut  Rahman pengetahuan itu didasarkan pada pengetahuan yang telah ada; tidak pernah ada pengetahuan yang bisa dikembangkan dari ruang kosong. Ia percaya akan kebenaran pargmatis, yaitu kebenaran yang di dasarkan atas fungsi pargmatis dari sesuatu. Sesuatu dianggap benar jika sesuatu itu mempunyai nilai kegunaan pragmatis. Menurtut pragmatisme kegunaan itu tidak harus dinyatakan apa itu
?, melainkan cukup ditanyakan apa gunanya dan untuk apa? Kebenaran ini diambil dan dikembangkan dari aliran falsafah pragmatisme yang lahir di Amerika Serikat.[13]
            Rahman dalam mengungkapkan pendapatnya selalu berusaha seobyektif mungkin mengkaitkannya dengan al-Qur’an, menurutnya dengan mengsinergikan pendapatnya dengan al-Qur’an, bahwa peranan Tuhan tidak dapat tidak bagi manusia. Jika “ingatan” kepada Allah dan adanya Allah memberikan arti dan tujuan kepada kehidupan, maka tidak adanya Tuhan di dalam kesadaran manusia membuat kehidupannya tidak mempunyai arti[14].: “Jangan engkau seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Dia menyebabkan mereka lupa kepada diri mereka sendiri_mereka inilah orang-orang yang sesat” (Qs Al-Hasyr :19).

1.        Karakteristik Pengetahuan

Menurut Fazlur Rahman, karakteristik pengetahuan ada tiga macam, yaitu:
     a)      Pengetahuan diperoleh melalui observasi dan eksperimen,
     b)      Pengetahuan selalu berkembang dan bersifat dinamis, bukannya bersifat stagnan dan pengulangan, karena jika keduanya itu terjadi maka itu tanda matinya pengetahuan dan apabila pengetahuan sudah mati, maka peradaban pun akan mati.
   c)      Pengetahuan merupakan kesatuan organik, dalam artian bahwa pengetahuan itu selalu berkembangan namun tetap dalam kesatuan organik.

2.      Klasifikasi Pengetahuan

Lebih lanjut Rahman menyatakan dalam bukunya Dr. Sutrisno,2006  bahwa, dengan mendasarkan pada al-Qur’an ia mengklasifikasikan pengetahuan menjadi tiga jenis pengetahuan utama, yaitu:
        a)       Pengetahuan tentang alam, yang diciptakan untuk manusia, seperti pengetahuan fisik.
      b)       Pengetahuan tentang sejarah (termasuk geografi), al-Qur’an mendorong manusia untuk mengadakan perjalanan di muka bumi dan menalaah apa yang telah terjadi pada masa peradaban masa lalu dan mengapa mereka bangkit kemudian jatuh.
      c)      Pengetahuan tentang manusia, al-Qur’an telah menyebutkan “kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri.

3.      Sumber dan Poses Memperoleh Pengetahuan

       Dijelaskan  dalam bukunya Dr.Sutrisno, Rahman memberikan penjelasan lebih jauh tentang sumber dan proses memperoleh ilmu pengetahuan itu sendiri, adapun sumbernya, yaitu :
    a)      Pengetahuan bersumber pada alam semesta. Oleh karena itu, Rahman mengharuskan umat Islam mengembangkan pengetahuan dari sumber alam semesta.
    b)      Pengetahuan bersumber dari manusia. Oleh karena itu Rahman mengharuskan umat Islam untuk mepelajari dan meneliti the constitution of human mind  dengan serius dan intentitas yang memadai.
    c)      Pengetahuan bersumber dari sejarah. Oleh karena itu Rahman mengharuskan umat Islam dengan mengsinergikan dengan penjelasan dalam al-Qur’an, untuk mengkaji dan meneliti tentang historical study of societies.
Dan adapun proses dalam memperoleh pengetahuan itu adalah melalui metode observasi dan eksperimen. Hasil-hasil yang diperoleh melalui metode observasi dan eksperimen berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan ilmiah, teologi yang bermakna, mistisime murni dan sastra yang penuh inspirasi. Jadi dapat disimpulakn bahwa proses untuk memperoleh pengetahuan itu menurut Rahaman, melalui proses berfikir, mengindra dan eksperime.

4.      Teori Kebenaran Pengetahuan

Selanjutnya, ‘kebenaran pengetahuan’. Mengenai teori kebenaran pengetahuan Fazlur Rahman banyak menerapkan tori korespondensi, koherensi dan pragmatis. Akan tetapi, untuk teori kebenaran dogmatis atau skeptis tidak ditemukan dalam standar kebenaran pengetahuan menurut Rahamn. Dan mengenai adanya dua kebenaran, yaitu kebenaran wahyu dan kebenaran akal, Rahman sependapat dengan Ibnu Sina bahwa kebenaran wahyu besifat mutlak dan kebenaran akal bersifat relatif dan tentatif.[15]

         Pemikiran Filosofis Pendidikan Islam Fazlur Rahman

Sumbangsi pemikiran pembaharuan Fazlur Rahman dalam dunia pendidikin cukup monumental, serta membuka jalan baru bagi arah yang hendak di capai dalam pendidikan Islam. Di latar belakangi oleh merosotnya perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam  mulai abad 12 M sampai sekarang,  maka dari itu dengan semangat rovolusionernya, Rahman mencobo membongkar akar dari permasalahan yang sedang menyelimuti umat Islam saat ini, dengan merekontruksi satagnasi-stagnasi yang membatasi ruang gerak pengembangan ilmu pengetahuan. Faktualisasi inilah yang menurut Rahman perlu adanya neomoderinisme dan demokratisasi dalam dunia Islam untuk pengembangan pembaharuan dalam dunia pendidikan Islam.
Fazlur Rahman mengkritik penyimpangan-penyimpangan pendidikan tradisional di Pakistan, karena mereka mengabaikan ilmu pengetahuan modern sehingga tidak ada keluasan berdialog dengan orang-orang yang telah menerima pendidikan modern. Alumni pendidikan klasik memang berhasil berhasil melestarikan ilmu pengetahuan teologi klasik dan menelorkan imam-imam masjid, tetapi mereka kurang memperoleh informasi, sehingga kualitas pendidikan mereka kurang baik, dengan begitu pendidikan semacam itu tidak akan mampu membantu mengembangkan pertumbuhan kesadaran beragama. Islam juga pada saat itu tudak bersentuhan dengan skill, misalkan teknologi nuklir dapat diperoleh dari Erofa dan Amerika, tetapi pemikiran Islam yang murni tidak dapat diperoleh orang-orang Pakistan dari Negara Barat maupun negara Muslim.[16]
Ia menginginkan kaum Muslim untuk mengembangkan perdamaian dunia, sebagaimana pada bulan mei telah di adakan konferensi Islam di Tasykent yang menginginkan kontribusi besar dalam mengembangkan perdamaian dunia. Ia menginginkan umat Muslim agar tidak bersifat defensif yang berlebihan karena takut terhadap gagasan Barat terhadap perkembangan pengetahuan yang akan mengancam standar moral tradisional Islam. Ia ingin menggabungkan antara mata pelajaran “baru” dengan mata pelajaran “lama”, supaya ramuan yang dihasilkan dari campuran ini akan sehat dan bermanfaat, yakni bersifat kondusif terhadap manfaat teknologi peradaban modern, sekaligus dapat membuang racun yang telah terbukti merusak jaringan moral masyarakat Barat.(Fazlur Rahman,1998:102)

1.      Konsep Pendidikan Islam Fazlur Rahman
     Pendidikan Islam menurut Fazlur Rahman  mencakup dua pengertian besar (Dr.Sutrisno,2006:170 ) . Yaitu :
-          Pendidikan Islam dalam pengertian Praktis, yaitu pendidikan yang dilaksanakan di dalam Islam, seperti di Pakistan, Mesir, Sudan, Saudi, Iran, Turki, Maroko, Indonesia dan lain-lain.
-          Pendidikan tinggi Islam yang disebut dengan intelektualisme Islam.
       Lebih dari itu, pendidikan Islam menurut Fazlur Rahman dapat dipahami juga sebagai proses untuk menghasilkan manusia (ilmuan) integratif, yang padanya terkumpul sifat-sifat seperti kritis, kreatif, dinamis, inovatif, progresif, adil, jujur, dan sebagainya.[17]

            a)      Tujuan Pendidikan Islam
Dengan mendasarkan pada al-Qur’an, tujuan pendidikan menurut Fazlu Rahman adalah untuk mengembangkan manusia sedemikian rupa sehingga semua pengetahuan yang diperolehnya akan menjadi organ pada keseluruhan pribadi yang kreatif, yang memungkin manusia untuk memanfaatkan sumber-sumber alam untuk kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan keadilan, kemajuan, dan keteraturan dunia.[18]
Dewasa ini pendidikan Islam sedang dihadapkan dengan tantangan yang jauh lebih berat dari masa permulaan penyebaran islam. Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealisme umat  manusia yang serba multi interest dan berdimensi nilai ganda dengan  tuntutan hidup yang multi  komplek pula .Ditambah lagi dengan beban psikologis umat islam dalam menghadapi barat. Dalam kondisi kepanikan spiritual itu,strategi pendidikan Islam yang dikembangkan diseluruh dunia Islam secara universal bersifat mekanis. Akibatnya munculah golongan yang menolak segala apa yang berbau Barat,bahkan adapula yang mengharamkan pengambil alihan ilmu dan teknologinya.Sehingga apabila kondisi ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kemunduran umat Islam.[19]
Menurut Rahman, ada beberapa hal yang harus dilakukan[20] Pertama, tujuan pendidikanIslam yang bersifat desentif dan cenderung berorientasi hanya kepada kehidupan akhirat tersebut harus segera diubah.Tujuan pendidikan islam harus berorientasi kepada klehidupan dunia dan akhirat sekaligus serta bersumber pada AL-Qur’an.
Kedua, beban psikologis umat Islam dalam menghadapi Barat harus segera dihilangkan.Untuk menghilangkan beban psikologis umat Islam tersebut,Rahman menganjurkan supaya dilakukan kajian Islam yang menyeluruh secara historis dan sistimatis mengenai perkembangan disiplin-disiplin ilmu Islam seperti teologi,hukum,etika,hadis ilmu-ilmu sosial,dan filsafat,dengan berpegang kepada AL-Qur’an sebagai penilai.
Ketiga, sikap  negatif umat Islam  terhadap ilmu  pengetahuan juga  harus  dirubah. Sebab menurut  Rahman, ilmu  pengetahuan  tidak ada yang salah, yang  salah  adalah penggunanya.
b)      Sistem Pendidikan Islam
Fazlur Rahman berpendapat, bahwa “kita tidak bisa lepas dari system pendidikan Barat karena umat Islam juga ingin belajar dengan dunia Barat, tetapi system pendidikan Barat telah mendehumanisme dan membekukan jiwa manusia”.[21] Dari sini dapat kita asumsikan bahwa Rahman mencoba mengintegrasikan antara ilmu sekuler (modern) dan ilmu-ilmu agama. Namun yang saat ini menjadi pombardir penghalangnya adalah karena sering terjadinya dikotomi dalam dunia pendidikan Islam.
Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan, menurut Rahman dunia pendidikan Islam harus memberi ruang bagi ilmu-ilmu sekuler (modern), atau dalam arti kata luas harus adanya integrasi antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu sekuler/sains. Dengan pola integrasi ini maka tidak akan lagi terjadi dikotomi dalam dunia pendidikan Islam. Jadi, hendaknya dalam silabus-silabus pembelajaran harus dicantumkan ilmu-ilmu di luar agama, seperti sosiologi, antropologi, biologi dan sebagainya.
Zaman selalu mengalami perkembangan, sudah semestinya pendidikan Islam harus merespons dan dituntut pula untuk berkembang secara dinamis dalam mewujudkan manusia yang kritis dan kreatif sehingga mampu mandiri dalam menyesuaikan diri dalam lingkungan sekitar. Oleh karena itu perlunya di terapkan konsep pendidikan demokratis yang selalu membuka ruang kebebasan dan perubahan yang bersifat positif dan dinamis di berbagai lembaga pendidikan agar dapat memenuhi tuntutan tersebut di atas.[22]

        c)      Anak Didik (Peserta Didik)
Dalam proses trasnpormasi ilmu pengetahuan dalam pendidikan,  peserta didik menjadi obyek dari pendidikan itu sendiri, namun bukan karena dia menjadi obyek maka tidak diberikan kebebasan dalam mengakpresikan dan mengembangkan kreativitas mereka, akan tetapi dengan mengsinergikan  antara peserta didik dan tujuan pendidikan, maka peserta didik harus diberikan keluasan ruang dan waktu untuk mengeksplorasikan semua imajinasi kreatif mereka untuk pengembangan pribadi mereka.
Kemerdekaan (kebebasan) adalah hak dasar bagi setiap manusia yang ada di dunia ini. Dengan kebebasan manusia dapat keratif dan dapat mengetahui tujuan yang di anggapnya baik. Namun, dal mengimplementasikan kemerdekaan tentunya tidak melanggar kebebasan orang lain.[23]

      d)     Pendidik (Mu’allim)
Era kontemporer ini dirasakan sangat minimnya  pendidik, namun bukan tenaga pendidiknya yang kurang, lebih dari itu problema yang kita hadapi sekarang minimnya guru yang professional dan mempunyai klasifikasi kemampuan yang memadai. Dalam mengatasi kelangkaan tenaga pendidik seperti itu, Rahman menawarkan beberapa gagasan[24], yaitu :
-          Merekrut dan mempersiapkan anak didik yang memiliki bakat-bakat terbaik dan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap lapangan agama (Islam). Anak didik seperti ini harus dibina dan diberikan insentif yang memadai untuk membantu memnuhi keperluannya dalam peningkatan karir intelektual mereka.
-          Mengangkat lulusan madrasah yang relatif cerdas atau menunjuk sarjana-sarjana modern yang telah memperoleh gelar doktor di universitas-universitas Barat dan telah berada di lembaga-lembaga keilmuan tinggi sebagai guru besar-guru besar bidang studi bahasa Arab, bahasa Persi, dan sejarah Islam.
-          Mengangkat beberapa lulusan madrasah yang memiliki pengetahuan bahasa Inggris dan mencoba melatih mereka dalam teknik riset modern dan sebaliknya menarik para lulusan universitas bidang filsafat dan ilmu-ilmu sosial dan memberi mereka pelajaran bahasa Arab dan disiplin-disiplin Islam klasik seperti Hadis, dan yurisprudensi Islam.
-          Menggiatkan para pendidik untuk melahirkan karya-karya keislaman secara kreatif dan memiliki tujuan. Di samping menlulis karya-karya tentang sejarah, filsafat, seni, juga harus mengkonsentrasikannya kembali kepada pemikiran Islam

          Analisis Penulis terhadap  Pemikiran Filosofi  Pendidikan Islam Fazlur Rahman

Pola pemikiran yang di kembangkan Fazlur Rahman secara universal cukup fenomenal dan monumental. Sumbangan pemikirannya tidak hanya pada hal yang lebih spesifik, seperti pendidikan, namun lebih dari itu sumbangan pemikirannya meliputi berbagai permasalahan umat, misalnya : Moralitas dan religiusitas keagamaan, ilmu pengetahuan, politik, hukum dan sebagainya.
Prodact-prodact pemikirannya yang paling monumental adalah neomodernisme dan demokratisasi dalam pendidikan suapaya tidak ada lagi dikotomi dalam pendidikan itu sendiri. Dia mencoba mengajak umat islam untuk melek ilmu pengetahuan, jangan hanya melihat perkembangan pengetahuan yang bergitu signifikan di Barat, namun mencoba untuk bangkit dari keterpurukan ini yang telah berlangsung lebih dari VIII abad ini. Umat Muslim itu harus hidup dinamis, tidak ada satgnasi-stagnasi yang menghalang. Kalau perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam mulai meredup, maka peradaban dunia Islam pun akan meredup, hal ini memberikan sinyal-sinyal bahwa Islam akan mati terbenam.
Dengan kamajuan ilmu pengetahuan Barat yang begitu signifikan, umat muslim jangan sampai bersifat defensif, dan menutup diri dari dunia Barat, namun dapat mengambil hal-hal yang baik dan bermanfaat dari Barat. Menurut Fazlur Rahman perlu adanya integrasi antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu sekuler (modern) supaya tidak terjadi dikotomi dalam pendidikan dan umat Islam tidak mengalami keterbelakangan dari dunia Barat.
Sejauh pemahman Penulis sendiri, pada dasarnya Fazlur Rahman mencoba membuka kembali fase keemasan era abad ke 7-12, dan juga masa keruntuhan umat muslim dari abad ke 12 sampai sekarang, dia mencoba membeda dan membongkar dari setiap fase tersebut, dan menyuruh kita untuk merefleksi sejarah tersebut dan di jadikan pelajaran untuk mecipatakan kembali  fase keemasan Islam yang sempat dierebut oleh intelektual-intelektual Muslim teradahulu, seperti : Ibu Sina, Al-Farabi, Al-Ghazali, Ibnu Khaldun dan lain sebagainya.
Dalam dunia pendidikan Islam, Fazlur Rahman mencoba menawarkan beberapa hasil analisisnya terhadap fenomena-fenomena pola pengembangan pendidikan dalam Islam selam kurun waktu beberapa abad setelah fase kemunduran umat muslim, diantaranya pertama, bahwa pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kehidupan akhirat, namun dapat memprodact manusia-manusia yang tidak hanya beoreientasi pada kehidupan akhirat, tetapi juga beorientasi pada kehidupan dunia dengan di landasi dari dasar-dasar al-Qur’an . kedua, harus adanya integrasi antara ilmu pengetahuan Islam dan ilmu pengetahuan Sekuler (modern). Ketiga, tidak adanya dikotomi dalam dunia pendidikan. Keempat, pengembangan peserta didik harus di arahkan kepada pendidikan yang demokrasi. Kelima, pendidikan harus mampu melahirkan umat Islam yang mampu mencipta, tidak hanya selamanya menjadi kosumen tetap Barat. Dan keenam, selalu membuka diri dengan perkembangan zaman yang begitu siginifikan ini.


BAB III
PENUTUP

     Kesimpulan

Fazlur Rahman merupakan salah satu intelektual muslim yang hidup pada era abad 20an, dia berkebangsaan asli Palestina dan lahir disana, namun karena ada beberapa permasalahan internal dengan ulam-ulama tradisional di Pelestina ia pergi ke Amerika Serikat dan menjadi guru besar di Chicago.
Awal penjajakan intelektualitasya, di mulai dengan menyelesaikan S1 dan S2 dalam bidang bahasa Arab pada Universitas Punjab, dan kemudian dilanjutkan dengan menyelesaikan program S3 nya di Oxford University, Inggris dalam bidang  fislafat. Setelah itu ia terus mengembangkan disiplin ilmu pengetahuannya dan menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi di Kanada dan Inggris serta mengisi tulisan-tulisan dalam jurnal-jurnal ilmiah dan juga mengisi di beberapa seminar-seminar yang di adakan di beberapa negara.
Puncak dari perkembangan intelektualitasnya adalah ketika ia hijrah dan menetap di Chicago, dia menjadi dosen tetap disanana, dan dikukuhkan sebagai guru besar Universitas Chicago dalam bidang Pemikiran Islam. Disini ia mendapat kebebasan untuk mengeksplorasikan semua imajinasi kreatifnya. Disinilah ia mulai menulis karya-karya fenomenalnya di beberapa jurnal dan buku yang hingga saat ini masih tersebar luas di seluruh tokoh buka  yang ada di dunia ini
Menurutnya dalam dunia Islam sendiri terdapat banyak hal yang hingga saat ini masih  perluh adanya rekontruksi dan pembaharuan , misalnya dalam bidang pendidikan, Moral dan religiusitas keagamaan, pola pengembangan ilmu pengetahuan, sosial bermasyarakat, dan intraksi dengan dunia Barat.
Dalam dunia pendidikan Islam sendiri masih banyak yang perluh di rekontruksi dan perbaikan, karena fenaomena saat ini, menunjukkann pada siklus dimana umat Muslim mengalami kemerosotan dan ketertinggalan dari dunia Barat. Tentunya dunia pendidikan  memainkan peran yang sangat vital dalam pembentukan dan memprodact generasi-genarasi muslim yang mempunyai intelektualitas yang tinggi, dan mampu memberikan arah-arah baru bagi umat Islam untuk kembali kepada dunia keemasan Islam masa silam

         Saran
    1.      Perlunya adanya diskursus dalam dunia Islam yang mengkaji dan menela’ah kembali pembaharuan pemikiran Fazlur Rahman, sebagai bahan pertimbangan untuk rekontruksi kembali aspek-aspek dari kehidupan social umat Islam sekarang.
      2.      Pengkajian dan pemahaman tokoh sekaliber Fazlur Rahman, tidak hanya terbatas membaca karya-karya fenomenalnya, namun perlu adanya kelanjutan darisana.


DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Abd. Rachman,2013, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Rahman, Fazlur, 1996, Tema Pokok Al-Qur’an, Bandung: Penerbit Pustaka.
Sutrisno, 2006, Fazlur Rahman : Kajian terhadap Metode, Epistimologi dan Sistem Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tafsir, dkk, 2002, Moralitas Al-Qur’an dan Tantangan Modernitas, Yogyakarta: Penerbit Gama Media
Artikel, Nugroho Anjar (Dosen Fakultas Agama Islam UM Purwokerto), Pembaharuan Pendidikan Islam :Studi terhadap Pemikiran Fazlur Rahman.



[1] Dr. Sutrisno M.Ag, Fazlur Rahman : kajian terhadap metode, epistimologi dan……..Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2006: hlm 60.
[2] Prof.Dr.Abd.Rahman Assegaf, Aliran pemikiran pendidikan Islam. PT RajaGafindo Persada, Jakarta 2013:hlm 213
[3] Taufik adnan Amal dalam Tafsir dkk, Morlitas Al-Qur’an dan tantangan Modernitas.Gama Media, Yogyakarta 2002: hlm 65
[4] Ibid. hlm 65
[5] M. Hasbi Amiruddin dalam Sutrisno, 2006: hlm 61
[6] Muhammad Khalid Mas’ud dalam Sutrisno, 2006: hlm 61
[7] Fazlurrahman dalam Sutrisno, 2006: hlm 61
[8] Acikgenc Alparslan dalam Sutrisno, 2006 : hlm 62
[9] Taufik Adnan dalam Tafsir dkk, 2002: hlm 65
[10] Dr. Sutrisno M.Ag, Fazlur Rahman : Kajian terhadap Metode, efistimologi dan………. Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2006: hlm 63-64
[11] Ibid. Abd Rahman Assegaf, 2013: hlm 216
[12] Dr.Sutrisno.Fazlur rahman: kajian terhadap metode, epistimoltogi dan……… Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2006: hlm 91
[13] Prof.Dr.Abd.Rahman Assegaf, Aliran pemikiran pendidikan Islam. PT RajaGafindo Persada, Jakarta 2013:hlm 221
[14] Fazlur Rahman, Tema-tema Pokok Al-Qur’an. Penerbit: Pustaka,Bandung 1996:hlm 32-33
[15] Ibd.Dr.sutrisno,2006:hlm 120
[16] Ibid.hlm 126-127
[17] Ibid. hlm 170
[18] Ibid.hlm 171
[19] Artikel,Anjar Nugroho S.Ag (Dosen fakultas agama Islam UMP)”Pembaharuan Pendidikan Islam : Studi terhadapa pemikiran Fazlu Rahman”.
[20] Ibid.
[21] Fazlur Rahman dalam bukunya Prof.Dr. Abd.Rahman Assegaf. 2013:hlm 219
[22] Ibid. Prof.Dr. Adb. Rahman A 2013: hlm 220
[23] Ibd.hlm 225
[24] Artikel,Anjar Nugroho S.Ag

Comments (1)

On 20 Maret 2019 pukul 04.34 , DCAja mengatakan...

terimakasih dan salam sehat selalu